Durasi Puasa Terpanjang dan Tersingkat Selama Ramadan 2025
bahasinfo.net – Ramadan adalah bulan suci yang dijalani umat Islam di seluruh dunia dengan berpuasa dari fajar hingga matahari terbenam. Namun, durasi puasa dapat bervariasi tergantung pada lokasi geografis. Beberapa wilayah memiliki durasi puasa yang lebih pendek, sementara lainnya lebih lama.
Perbedaan durasi puasa ini disebabkan oleh variasi panjang siang dan malam yang dipengaruhi oleh letak geografis. Negara-negara yang dekat dengan khatulistiwa memiliki panjang siang yang hampir stabil sepanjang tahun. Oleh karena itu, durasi puasa mereka tidak berubah banyak. Sebaliknya, negara-negara di belahan bumi utara atau selatan, yang jauh dari khatulistiwa, mengalami perbedaan panjang siang dan malam yang signifikan. Perbedaan ini sangat bergantung pada musim yang sedang berlangsung.
Pada Ramadan 2025, beberapa kota di belahan bumi utara akan mengalami durasi puasa yang sangat panjang. Beberapa kota yang tercatat memiliki durasi puasa terpanjang antara 16 hingga 17 jam, antara lain Nuuk di Greenland, Reykjavik di Islandia, Helsinki di Finlandia, Stockholm di Swedia, dan Glasgow di Skotlandia. Kota-kota ini mengalami matahari terbenam yang sangat larut, sehingga waktu berbuka puasa menjadi lebih panjang. Selain itu, beberapa kota lainnya di Eropa, seperti Amsterdam di Belanda, Warsawa di Polandia, dan London di Inggris, memiliki durasi puasa sekitar 16 jam.
Durasi panjang ini bisa mempengaruhi jadwal dan aktivitas umat Muslim di wilayah tersebut, membuat mereka harus menyesuaikan diri dengan waktu berbuka yang lebih lama.
“Baca Juga : Prabowo Siap Gembleng Kepala Daerah di Hari Terakhir Retreat”
Di belahan bumi selatan, hari-hari cenderung lebih pendek selama Ramadan, yang berarti durasi puasa lebih singkat. Umat Muslim di wilayah ini dapat berbuka puasa lebih awal dibandingkan dengan yang berada di belahan bumi utara. Beberapa kota dengan durasi puasa tersingkat antara 12 hingga 13 jam adalah Christchurch di Selandia Baru, Puerto Montt di Chile, Canberra di Australia, Montevideo di Uruguay, dan Cape Town di Afrika Selatan. Selain itu, kota-kota seperti Ciudad del Este di Paraguay, Buenos Aires di Argentina, dan Jakarta di Indonesia juga memiliki durasi puasa sekitar 12 hingga 13 jam.
Perbedaan durasi puasa ini disebabkan oleh posisi geografis, yang memengaruhi panjang siang dan malam selama Ramadan. Di wilayah selatan, siang hari lebih pendek, sehingga umat Islam dapat berbuka lebih cepat. Hal ini memberi mereka kesempatan untuk menjalani puasa dalam durasi yang lebih singkat dibandingkan di negara-negara dengan musim panas lebih panjang.
Di daerah dengan kondisi ekstrem, seperti wilayah di Lingkar Arktik, umat Muslim menghadapi tantangan besar. Di beberapa tempat, matahari tidak terbenam atau tidak terbit selama beberapa bulan. Untuk mengatasi hal ini, umat Muslim di daerah tersebut mengikuti jadwal puasa berdasarkan kota terdekat yang memiliki waktu siang dan malam normal. Beberapa juga mengacu pada waktu Mekah sebagai patokan.
Meskipun durasi puasa bervariasi, semangat Ramadan tetap sama di seluruh dunia. Umat Muslim di mana pun tetap menjalankan ibadah puasa dengan penuh keikhlasan, meningkatkan ketakwaan, dan berbagi kebaikan dengan sesama.
“Baca Juga : Ramadan di Gaza dan Palestina Diprediksi Tetap Tegang”