bahasinfo.net – Komisi Urusan Tahanan dan Mantan Tahanan Palestina bersama Masyarakat Tahanan Palestina merilis kesaksian mengejutkan dari tahanan asal Gaza yang ditahan di penjara Naqab dan Nafha, Israel. Kesaksian ini mengungkap penyiksaan brutal, pengabaian medis, kelaparan, serta trauma fisik dan psikologis yang dialami para tahanan.
1. Penyiksaan yang Mengerikan
Sebanyak 23 tahanan berbagi pengalaman mereka tentang penganiayaan yang terjadi sejak penangkapan hingga masa interogasi. Tahanan melaporkan trauma fisik yang parah, termasuk patah tulang akibat pemukulan kejam.
“Saya dipukuli dengan brutal untuk memaksa pengakuan, menyebabkan tulang saya patah. Selama 58 hari di kamp dekat Gaza, saya tinggal di tenda-tenda robek, menahan kedinginan dan kelaparan ekstrem,” ujar KN, seorang tahanan berusia 45 tahun, seperti dilaporkan Middle East Monitor, Selasa (14/1/2025).
2. Kondisi Penjara yang Tidak Manusiawi
Tahanan juga menggambarkan kondisi keras di penjara yang memperburuk penderitaan mereka. Penyakit seperti kudis meluas karena minimnya perawatan medis. AH, seorang tahanan berusia 21 tahun, menceritakan bagaimana kondisi kesehatannya memburuk selama penahanan.
“Saya mengalami bisul, luka, dan kudis di seluruh tubuh. Saya tidur dan bangun dalam keadaan lapar setiap hari. Mata kiri saya kini dalam kondisi serius akibat tekanan mata yang tinggi,” ungkap AH.
Laporan ini menyoroti kepadatan penghuni penjara yang ekstrem, kurangnya perawatan medis, dan pelanggaran sistematis terhadap hak asasi manusia tahanan Palestina. Kesaksian ini menjadi pengingat atas perlakuan tak manusiawi yang dialami para tahanan dan seruan internasional untuk bertindak.
“Baca Juga : Raline Shah Jalani Tugas Perdana sebagai Staf Khusus Komdigi”
3. Disiksa dengan Brutal, Disiram Limbah, hingga Dihina Tentara
Tahanan Palestina, MH, menggambarkan pengalaman mengerikan selama hari-hari awal penahanannya di kamp militer Israel.
“Saya menjadi korban penyiksaan brutal, termasuk pemukulan tanpa henti sepanjang hari. Setelah itu, saya disiram dengan air limbah dan dihina dengan dikencingi oleh tentara. Kami kemudian dipindahkan ke kamp lain selama 27 hari, di mana kami disuruh berlutut dengan mata tertutup serta tangan dan kaki dibelenggu. Penderitaan dan siksaan ini terus berlangsung,” ungkap MH.
Seorang tahanan lain, MD, berbagi pengalaman serupa, menceritakan bagaimana pemukulan berat menyebabkan dirinya kehilangan mata buatan, hingga menyisakan rongga mata yang berlubang. “Kacamata saya juga disita oleh tentara,” tambah MD.
Laporan ini juga menyoroti trauma emosional para tahanan, seperti seorang tahanan Gaza yang kehilangan istri, beberapa kerabat, dan ayahnya selama serangan Israel di Gaza.
4. Tuduhan Genosida dan Kejahatan Perang oleh Israel di Gaza
Tentara Israel terus melancarkan serangan di Gaza, yang telah merenggut lebih dari 46.000 nyawa, mayoritas wanita dan anak-anak, sejak dimulainya konflik pada 7 Oktober 2023. Meski Dewan Keamanan PBB menyerukan gencatan senjata segera, tindakan brutal tetap berlanjut.
Ribuan warga Palestina dilaporkan ditahan selama perang Gaza, dengan laporan penyiksaan yang meluas di fasilitas seperti kamp militer Sde Teiman, penjara Naqab, dan Ofer. Pada November 2024, Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Israel juga menghadapi gugatan genosida di Mahkamah Internasional, menambah tekanan hukum atas agresi militernya di wilayah tersebut.
“Baca Juga : Valentino Rossi: Bagnaia Jadi Ancaman Serius di MotoGP 2025!”