Bahas info – Mycobacterium tuberculosis, terus menjadi salah satu masalah kesehatan global yang signifikan. Di Indonesia, penyakit ini menjadi perhatian serius mengingat data yang mencengangkan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Artikel ini mengupas lebih dalam tentang kelompok anak yang paling rentan terhadap infeksi TBC, serta langkah-langkah penting yang diambil untuk mengatasi masalah ini.
Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis dan masih menjadi ancaman kesehatan utama di banyak negara, termasuk Indonesia. Menurut WHO Global Tuberculosis Report 2023, sekitar 10,6 juta orang di seluruh dunia mengalami penyakit ini setiap tahun, dengan 1,3 juta orang meninggal dunia akibat TBC. Indonesia, sebagai salah satu negara dengan angka kasus TBC tertinggi, menyumbang sekitar dua pertiga dari total kasus global. Negara ini berada di posisi kedua setelah India, dengan 1.060.000 kasus baru dan 134.000 kematian setiap tahunnya—yang setara dengan 15 kematian setiap jam.
“Baca juga: Perbedaan Kulit Bayi dan Dewasa”
Anak-anak, terutama mereka yang berada dalam kelompok tertentu, adalah kelompok yang sangat rentan terhadap infeksi TBC. Plt. Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan (Kemenkes), dr. Yudhi Pramono, MARS, mengungkapkan bahwa ada empat kelompok anak yang paling berisiko tinggi terinfeksi bakteri TBC.
Anak-anak di bawah usia 5 tahun memiliki sistem kekebalan tubuh yang belum sepenuhnya berkembang. Kondisi ini membuat mereka lebih rentan terhadap infeksi. Bakteri Mycobacterium tuberculosis yang mungkin sudah ada di dalam tubuh mereka bisa lebih mudah teraktivasi, menyebabkan penyakit TBC. Sistem kekebalan yang masih dalam tahap perkembangan memerlukan perlindungan ekstra dan perhatian medis yang khusus.
Infeksi virus HIV menyebabkan penurunan kemampuan sistem kekebalan tubuh untuk melawan infeksi. Anak-anak yang terinfeksi HIV memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkan TBC karena sistem kekebalan tubuh mereka sudah melemah. Kombinasi infeksi HIV dan TBC merupakan tantangan besar dalam penanganan kesehatan, karena keduanya saling memperburuk kondisi kesehatan anak.
Gizi buruk adalah faktor risiko besar yang dapat menurunkan daya tahan tubuh anak terhadap berbagai infeksi, termasuk TBC. Anak-anak yang kekurangan nutrisi penting akan memiliki kemampuan yang lebih rendah untuk melawan bakteri TBC, sehingga mereka lebih rentan untuk terinfeksi dan mengalami komplikasi yang lebih serius akibat penyakit ini.
Anak-anak yang tinggal dalam satu rumah dengan pasien TBC memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terinfeksi. Risiko ini meningkat terutama jika kontak tersebut melibatkan ibu atau pengasuh anak. Infeksi TBC dapat menyebar melalui udara saat seseorang yang terinfeksi batuk atau bersin. Oleh karena itu, penting bagi keluarga untuk memastikan adanya tindakan pencegahan dan deteksi dini.
Dalam rangka memperingati Hari Tuberkulosis dan Hari Anak Nasional 2024. Kemenkes bekerja sama dengan Indonesia Muda Untuk Tuberkulosis dan Otsuka Group menyelenggarakan kampanye TBC yang fokus pada anak-anak dan pemuda. Kampanye ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang TBC, memperluas informasi mengenai pencegahan dan deteksi dini, serta mendorong langkah-langkah preventif yang lebih luas di kalangan anak-anak.
“Simak juga: Air Kelapa Memiliki Resiko bagi Pengidap Gagal Ginjal”
Peringatan Hari Anak Nasional yang jatuh setiap tanggal 23 Juli menjadi momentum yang tepat untuk memperkuat upaya-upaya pencegahan dan pengobatan TBC. Melalui kampanye ini, diharapkan semakin banyak anak yang mendapatkan informasi yang tepat mengenai TBC dan akses ke layanan kesehatan yang diperlukan. “Serta mendorong untuk peningkatan upaya pencegahan dan pengobatan TBC di masyarakat,” tutup dr. Yudhi.
Dengan kesadaran yang lebih tinggi dan tindakan pencegahan yang tepat, diharapkan angka infeksi TBC di kalangan anak-anak dapat ditekan. Serta kesehatan masyarakat secara keseluruhan dapat meningkat. Penanganan TBC membutuhkan kerjasama dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, masyarakat, dan lembaga kesehatan, untuk mencapai tujuan tersebut.