Bahas info – Ketegangan antara China dan Taiwan semakin memanas setelah laporan dari Kementerian Pertahanan Taiwan mengungkapkan bahwa 41 pesawat militer China beroperasi di sekitar wilayah udara Taiwan dalam periode 24 jam terakhir.[1] Ancaman ini diikuti dengan pihak Beijing yang mengancam hukuman mati bagi pendukung kemerdekaan Taiwan, mencerminkan eskalasi tegangnya hubungan di kawasan Asia Tenggara.
Kementerian Pertahanan Taiwan dengan tegas menyatakan, “Kami mendeteksi 41 pesawat militer Tiongkok dan tujuh kapal angkatan laut yang beroperasi di sekitar Taiwan selama periode 24 jam hingga pukul 06.00 pagi.” Aksi pengerahan besar-besaran ini tidak hanya menciptakan ketegangan militer, tetapi juga meningkatkan risiko konflik di kawasan yang sudah rawan ini.
“Baca juga: Kritik Terbuka Alex Marwata, Penurunan Kepercayaan Pada KPK“ [3]
Dilansir dari Barrons, serangan ini terjadi sehari setelah Beijing mengeluarkan pernyataan keras terhadap Taiwan. Mengingatkan akan konsekuensi hukuman bagi mereka yang menentang kedaulatan Tiongkok. Meskipun tidak ada laporan korban jiwa dalam serangkaian manuver ini, respons Taiwan yang ketat menunjukkan kehati-hatian yang diperlukan dalam menghadapi ancaman militer.
Pengamatan dan respons terhadap gerak-gerik militer China bukanlah hal baru bagi Taiwan.[2] Sebelumnya pada 25 Mei, Taiwan mencatat jumlah tertinggi dalam sehari dengan 62 pesawat militer China yang beroperasi di sekitar wilayahnya. Menandai intensifikasi aktivitas militer China dalam beberapa bulan terakhir. Tindakan ini secara langsung berkaitan dengan ketegangan politik setelah pelantikan Presiden baru Taiwan, Lai Ching-te, yang dianggap oleh Beijing sebagai tindakan separatisme.
China memandang Taiwan sebagai bagian integral dari wilayahnya yang harus bersatu kembali dengan Republik Rakyat Tiongkok. Presiden Xi Jinping bahkan menyatakan komitmen penuh untuk reunifikasi. Sebuah klaim yang ditolak keras oleh Taiwan yang mempertahankan identitas nasional dan kedaulatannya.
“Simak juga: Penyakit Terkait Gangguan Saraf Otot Masih Banyak Disepelekan, Kenali Gejalanya” [5]
Di tengah meningkatnya ketegangan ini, lembaga pemikir Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS) di Washington, AS.[4] Mengungkapkan bahwa pemerintah sedang mempertimbangkan berbagai skenario selain invasi langsung untuk mempercepat reunifikasi dengan Taiwan.[2] Salah satunya adalah karantina taktis zona abu-abu yang akan diterapkan untuk mengisolasi Taiwan secara ekonomi. Menghentikan pasokan vital seperti energi, dan mempersulit intervensi dari negara-negara seperti Amerika Serikat dan sekutunya.
Menurut laporan CSIS, karantina ini dianggap sebagai langkah penegakan hukum untuk mengontrol lalu lintas maritim atau udara. Sedangkan blokade militer akan berimplikasi lebih serius. Ini akan menempatkan AS dalam posisi sulit, di mana intervensi militer untuk melindungi Taiwan bisa memicu konfrontasi langsung dengan China.
Situasi ini menunjukkan eskalasi serius dalam hubungan China-Taiwan, menghadirkan ancaman perang yang tidak dapat diabaikan di Asia Tenggara. Perkembangan selanjutnya akan menjadi kunci dalam menentukan stabilitas kawasan dan respons global terhadap ketegangan yang semakin meningkat ini.
[1] https://m.tribunnews.com/internasional/2024/06/23/41-pesawat-militer-china-kepung-taiwan-perang-asia-terancam-pecah
[2] https://news.detik.com/internasional/d-7403297/tegang-41-pesawat-militer-china-terdeteksi-mengepung-taiwan/amp
[3] https://jangkauaninfo.com/berita/kritik-terbuka-alex-marwata-penurunan-kepercayaan-pada-kpk/
[4] https://www.cnnindonesia.com/internasional/20240622151044-113-1112813/41-pesawat-china-terdeteksi-terbang-di-atas-wilayah-taiwan/amp
[5] https://infolangsung.org/berita/penyakit-terkait-gangguan-saraf-otot-masih-banyak-disepelekan-kenali-gejalanya/