Bahas info – Junta militer Myanmar baru-baru ini menangkap sejumlah individu yang diduga terlibat dalam praktik manipulasi harga beras. Termasuk seorang eksekutif dari Jepang. Penangkapan ini dilakukan setelah pemerintah Myanmar mendapati bahwa sejumlah pedagang beras, pemilik pabrik penggilingan padi, dan pengecer beras bekerja sama untuk menjual beras dengan harga yang jauh lebih tinggi dari harga yang ditetapkan oleh pemerintah.
Para pejabat Myanmar mengungkapkan bahwa harga beras yang dijual oleh kelompok ini bisa mencapai 70 persen lebih mahal dari harga yang dianggap wajar oleh otoritas yang berwenang di negara tersebut.[1] Tindakan ini dianggap serius karena Myanmar sedang berjuang untuk mengatasi masalah ekonomi yang parah akibat konflik internal yang berkepanjangan. Yang telah merusak infrastruktur ekonomi negara.
“Baca juga: Kaesang Pangarep, Potret Politik dan Potensi Elektoral di Pilkada“ [2]
Salah satu poin menarik dari kasus ini adalah penangkapan seorang eksekutif Jepang. Hiroshi Kasamatsu, yang bekerja di operator supermarket Aeon Orange.[3] Kasamatsu ditahan setelah penyelidikan yang melibatkan penggilingan padi dan supermarket. Dengan tuduhan melakukan manipulasi harga dengan tujuan mengganggu stabilitas ekonomi Myanmar.
Hubungan antara Myanmar dan Jepang pun terasa tegang akibat insiden ini. Penangkapan Kasamatsu menyoroti sensitivitas Myanmar terhadap praktik ekonomi yang tidak fair dan bisa mengganggu kestabilan ekonomi nasional yang sedang rapuh. Myanmar sendiri telah menghadapi tantangan ekonomi yang berat sejak kudeta militer tahun 2021. Yang menggulingkan pemerintahan sipil yang dipimpin oleh Aung San Suu Kyi.
“Simak juga: Mitsubishi Fuso, Kontribusi Industri Lokal dalam Memenuhi Kebutuhan Truk Tambang“ [4]
Sebelumnya, kudeta tersebut memicu gelombang protes massal yang kemudian berubah menjadi kekerasan dan konflik bersenjata. Yang menyebabkan lebih dari tiga juta penduduk terpaksa meninggalkan rumah mereka.[5] Situasi ini juga telah mengganggu kegiatan pertanian, termasuk penanaman, pemanenan, dan distribusi beras di Myanmar, yang berdampak pada ketersediaan dan harga beras di pasar lokal.
Analisis terbaru menunjukkan bahwa ketidakstabilan nilai tukar mata uang dan harga di pasar gelap telah menjadi faktor utama yang mempengaruhi harga beras di Myanmar. Para pedagang beras berpendapat bahwa menjual dengan harga resmi yang ditetapkan oleh pemerintah akan berarti kerugian besar bagi mereka, mengingat kondisi ekonomi dan keuangan yang tidak stabil dalam beberapa bulan terakhir.
Kasus penangkapan ini juga menggarisbawahi upaya pemerintah Myanmar untuk menegakkan aturan dan mengembalikan kepercayaan publik terhadap sistem ekonomi negara. Meskipun demikian, tantangan besar masih ada dalam menjaga stabilitas ekonomi dan memperbaiki kondisi sosial setelah periode konflik yang panjang dan berat.
[1] https://m.tribunnews.com/internasional/2024/07/01/myanmar-tangkap-belasan-orang-karena-mainkan-harga-beras-libatkan-warga-jepang
[2] https://jangkauaninfo.com/berita/kaesang-pangarep-potret-politik-dan-potensi-elektoral-di-pilkada/
[3] https://newsonjapan.com/v3/raw/in/article/142662.php
[4] https://infolangsung.org/berita/mitsubishi-fuso-kontribusi-industri-lokal-dalam-memenuhi-kebutuhan-truk-tambang/
[5] https://indonesia.shafaqna.com/ID/AL/6911952