bahasinfo.net – Seorang pria di Jepang melakukan tindakan tidak pantas dengan memasang kamera tersembunyi di sebuah pemandian air panas. Kamera tersebut disamarkan dalam bentuk batu palsu, yang diletakkan di lokasi pemandian di prefektur Yamagata. Aksi pria berusia 31 tahun ini berujung pada penangkapan setelah seorang wanita yang sedang mandi menyadari kehadiran kamera tersebut.
” Baca Juga: Pembacokan di Taman Mini Indonesia Indah “
Kamera tersembunyi tersebut ditemukan ketika seorang wanita melihat pantulan aneh dari sebuah batu di sekitar pemandian. Ketika diteliti lebih lanjut, wanita tersebut menyadari bahwa batu itu ternyata adalah kamera mata-mata yang disamarkan. Ia segera melaporkan penemuannya kepada pihak berwenang, yang kemudian mengambil batu palsu tersebut sebagai barang bukti. Beberapa waktu kemudian, pelaku datang kembali untuk mengambil kameranya dan langsung ditangkap oleh polisi.
Pelaku mengakui bahwa ia membeli telelens secara online dan membuat batu palsu menggunakan tanah liat serta plastik cokelat untuk menyembunyikan kamera. Kabel kamera tersebut disamarkan dengan selotip cokelat dan dihubungkan ke power bank agar dapat merekam dalam waktu lama. Untuk meletakkan kamera tersebut, pria ini berpura-pura menjadi pendaki gunung, mengenakan jaring kamuflase, dan menyembunyikan diri di balik semak-semak, memastikan kamera dapat merekam secara diam-diam.
Pengakuan pelaku lebih mengejutkan karena ia mengaku telah melakukan hal serupa di berbagai pemandian air panas sejak tahun 2022. Dalam dua tahun terakhir, pria ini berhasil merekam sekitar 1.000 korban tanpa sepengetahuan mereka. Sebelumnya, ia juga pernah dihukum karena memiliki pornografi anak, sehingga menambah panjang daftar kejahatannya.
” Baca Juga: Trump Menolak Debat Capres Kedua Melawan Kamala Harris “
Jaksa meminta agar pria ini dihukum penjara selama dua tahun, mengingat kejahatannya yang direncanakan dengan matang, dilakukan berulang kali, dan dinilai sangat berbahaya. Tingkat residivisme pelaku, atau kemungkinan untuk mengulangi tindakannya, juga menjadi pertimbangan utama dalam menentukan hukuman. Meskipun begitu, netizen di Jepang merasa hukuman dua tahun tersebut terlalu ringan, mengingat dampak psikologis dan trauma jangka panjang yang dialami oleh para korbannya. Putusan akhir dari kasus ini dijadwalkan akan disampaikan pada 17 September mendatang.